Mengalihwahanakan Abjad




Alih wahana adalah proses pengalihan dari satu jenis ‘kendaraan’ ke jenis ‘kendaraan’ lain. Sebagai ‘kendaraan’, suatu karya seni merupakan alat yang bisa mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain (Sapardi, 2018). Mungkin, konsep itu yang sedang digeliatkan oleh Subletter. 
Komunitas yang berdiri sejak 2015 ini merupakan salah satu komunitas pencinta lettering yang ada di Indonesia, dan satu-satunya di Surabaya. Mulanya, komunitas lettering itu berpusat di Solo. Banyaknya peminat dan antusiasme waktu itu, membuat gairah lettering menyebar ke seluruh Indonesia, dan akhirnya Subletter hadir mewakili Surabaya.
Desain Achmaxfauzi
Di sela acara pen meet up (5/2/19) yang menjadi agenda rutin tiap bulannya itu, Achmad Faris selaku admin memberi sedikit pengertian mengenai  lettering dan kaligrafi. Menurutnya, “Lettering itu biasanya dikerjakan dengan bantuan sketsa terlebih dahulu. Kalau kaligrafi, tidak." 
Selain itu, lettering ini merupakan salah satu karya seni yang bisa dikolaborasikan dalam dan dengan media apapun. Awalnya adalah bunyi, menjadi huruf, lalu menjadi kata, lalu menjadi kalimat, dan akhirnya akan menjadi karya rupa, terang Alfian yang juga sebagai guru bahasa Indonesia itu.
“Jadi, pada akhirnya lettering ini merupakan kesenian yang mampu mengalihwahanakan bunyi ke dalam rupa yang tidak hanya dibaca, namun juga bisa dinikmati secara visual. Singkatnya, memperindah huruf,” tandasnya.
Jangkauan dan pengembangan lettering ini sangat luas. Para pelaku lettering bisa mengombinasikan desainnya dengan kain, totebag, dinding, kaca, kayu, besi, kertas, kanvas, barang pecah belah, dsb. “Itulah yang disebut alih wahana karya seni,” pungkasnya.
Logo komunitas
Hingga sekarang, anggota komunitas ini mencapai 70-an, yang aktif hingga sekarang hanya 30-an. “Kurangnya semangat kekeluargaan dalam berkarya yang membuat keaktifan anggota itu terhambat. Tetapi hal itu bukan menjadi hambatan bagi Subletter untuk berkarya. Selama masih ada anggota yang aktif, kesenian ini bakal hidup,” kata Faris yang juga aktif sebagai mahasiswa PENS itu.
Untuk merangkul masyarakat, langkah konkret Subletter ialah rutin mengadakan pen meet up. Acara itu sendiri diadakan minimal sekali dalam sebulan.  Tempat pen meet up selalu berpindah. Hal itu dikarenakan para anggota Subletter berasal dari segala penjuru Surabaya dan sekitarnya. Biasanya daerah tengah kota (De Javu Ngagel) menjadi prioritas tempatnya.
Dalam waktu dekat, Subletter akan ulang tahun ke-4. Memperingati hal itu, Subletter berencanakan mengadakan pen meet up, loka karya, sekaligus pameran dalam skala besar sekitar pertengahan Maret.
Mengenai konsepnya, tunggu saja poster kegiatannya, kata Faris. Tujuan kegiatan itu tidak lain untuk merangkul kalangan masyarakat pencinta seni secara luas. Hingga pada akhirnya banyak orang yang dapat mengalihwahanakan bunyi menjadi rupa, seperti apa yang dijelaskan Alfian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur Intrinsik dalam Ludruk

Perbedaan Lazim dan Wajib

Alih Wahana Dari Puisi “Bandara Internasional Abu Dhabi” Menjadi Cerpen “Sorot Mata Syaila”