Artis Indonesia Sering Mandul dan Masturbasi


Selain berperan sebagai publik figure, artis-artis Indonesia juga berperan sebagai sosok yang mandul. Hal itu karena tingkah artis-artis Indonesia hanya memfokuskan pada kesenangan, popularitas, serta kenikmatan semata. Para artis tidak mampu menjangkau puncak dari peran mereka sebagai publik figur.

Di era yang serba cepat dan luas ini, para artis beserta pengikutnya seharusnya berdiri di barisan terdepan untuk menumbuhkan atau menciptakan karakter pemuda bangsa yang unggul dan kritis, bukan justru sebaliknya. Para artis lebih sering menggembosi upaya penguatan karakter bangsa. Hal itu bukan pandangan subjektif semata, kita bisa melihat rekam jejak para artis tersebut. Mulai dari artis yang naik daun hingga artis kawakan, semua seperti sedang menjalankan dan menikmati peran mandulnya.
Bila ditelaah lebih dalam, seharusnya mereka tidak hanya memfokuskan pada kesenangan, popularitas, serta kenikmatan semata.  Mereka harus membantu upaya penguatan karakter pemuda bangsa. Sebab, bangsa Indonesia sedang membutuhkan itu. Setidaknya, hal sederhana yang dapat mereka lakukan adalah mulai mengunggah sesuatu yang sifatnya membangun dan kritis, bukan sesuatu yang sifatnya viral atau buming atau lagi tren. Bagaimanapun mereka juga ialah publik figur yang rekam jejaknya sangat memengaruhi masyrakat luas. Alasan tersebut sangatlah wajar. Di era media sosial ini, peran pengikut atau yang biasa disebut follower sangat memengaruhi opini publik. Semakin banyak followers, opini publik yang dibentuk juga bakal semakin kuat dan mudah. Bila hanya mengandalkan jangkauan informasi, berita dari pemerintahan, rasanya sangat kurang efektif dan terkesan mandul pula. Berdasarkan data, jumlah para pengikut akun-akun pemerintahan atau lembaga resmi lainnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan artis-artis papan atas ataupun artis-artis baru. Belum lagi, sekarang banyak bermunculan artis-artis medsos yang tidak jelas juntrungnya, tetapi memiliki jumlah pengikut yang banyak. Bila hal ini terus berlangsung, usaha dari pemerintah bakal mengalami hal yang namanya kepercumaan. Sebab, mereka berjalan dengan cara melawan arus. Hal ini tidak boleh diteruskan mengingat perkembangan zaman semakin meninggalkan bangsa ini.
Suatu contoh, banyak isu-isu penting di antaranya seperti “Mantan Koruptor Boleh Nyaleg”, isu tersebut sifatnya sangat berbahaya, dan seharusnya para artis membantu penyebaran isu tersebut. Dengan memanfaatkan jumlah pengikut mereka, seharusnya isu itu mampu membentuk opini publik yang kuat, yang sifatnya kritis. Sebab, isu tersebut bila tidak dikritisi bakal menjadi suatu masalah korup yang akut, yang melanda bangsa ini.
Bukan hanya itu, pernyataan Dedi Corbuzier dalam video yang diunggah akun Say.musik 14/9/18 mengenai tayangan televisi di Indonesia yang menurutnya, tidak mendidik sama sekali. Dalam video singkat itu, Corbuzier menyatakan dengan nada tegas bahwa hampir 90% acara televisi kita tidak mendidik. Menurutnya, artis yang laku adalah artis yang bisa joged 4jam, jungkir balik di atas panggung, dan juga ngondek. Pernyataan kritis semacam itu seharusnya disokong oleh penguatan penyebaran yang kuat. Hal itu bertujuan agar banyak orang yang mengerti dan memahami mengenai permasalahan nyata bangsa ini.
Contoh isu kasus lainnya “Ribuan PNS Terseret Korupsi”. Di unggahan akun Mojokdotco 7/9/18, dipaparkan beberapa data yang mencengangkan. Pertama, Badan Kepegawaian Negara (BKN) menyatakan sebanyak 2.647 pegawai negeri sipil (PNS) terbukti melakukan tindak pidana korupsi; kedua, dari 2.647 PNS yang tersandung kasus korupsi baru sekitar 317 yang dipecat, sementara 2.357 PNS lainnya masih aktif bekerja; ketiga, Menpan RB Syarifuddin berencana menggelar rapat dengan Kemendagri pada pekan depan membahas nasib ribuan PNS yang terjerat kasus korupsi.
Selain itu, di akun Pinterpolitik, juga terdapat unggahan isu kasus yang luar biasa, “Suap Bancakan DPRD Malang”. Unggahan 4/9/18 itu memaparkan data pada unggahannya antara lain, suap anggaran APBD-P 2015, 41 dari 45 anggota DPRD tersangka, 22 orang diduga terima Rp12,5-Rp50juta, suap dari walikota non-aktif Moch Anton, dan Melibatkan Kadis PU, Jarot Sulistyono. Selain itu, di akhir pemaparan berbentuk poster tersebut, menurut pengamat politik Andrianto, “Sudah berulang kali kejadian anggota DPRD korupsi bersama-sama. Enggak hanya di Kota Malang”.
Isu-isu kasus di atas, seharusnya mendapat perhatian dan penyebaran yang lebih. Mengingat isu kasus tersebut sifatnya sangat penting dan membangun. Tetapi kenyataannya, unggahan semacam itu hanya mendapat tidak lebih dari 2ribu jempol. Hal itu sangat miris mengingat bila unggahan para artis yang hanya bisa joged, jungkir balik di atas panggung, ngondek, nggosip, serta beradegan drama, wisata, perceraian, dan perselingkuhan mendapat jumlah jempol yang fantastis. Para artis tidak akan pernah sadar bahwa unggahan mereka yang konyol tersebut sangat memengaruhi opini publik. Belum lagi, jumlah pengikut mereka akan mempercepat terbentuknya opini publik itu sendiri. Bila hal semacam ini terus berlangsung, publik hanya akan mengetahui hal-hal konyol dalam bangsa ini. Saat hal itu terjadi, para arti tersebut mengalami kemandulan yang akut, mereka hanya masturbasi, mencari kenikmatan semata secara sepihak. Padahal mereka hidup dan mencari penghidupan di bangsa ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur Intrinsik dalam Ludruk

Perbedaan Lazim dan Wajib

Alih Wahana Dari Puisi “Bandara Internasional Abu Dhabi” Menjadi Cerpen “Sorot Mata Syaila”